Jumat, 21 Agustus 2009


Bagaimana Menggerakkan Pemuda Katolik?

Oleh Kanisius Karyadi

Ini foto saudara Dewa Made RS, Ketua Pemuda Katolik KOMDA JATIM terpilih

Sejarah baru terukir! Setelah 18 tahun memimpin Pemuda Katolik Jawa Timur (Jatim), Ansfridus Legho dengan tulus dan rela mengoper kekuasaannya kepada pemimpin yang lebih muda dan energik. Setelah melalui pertarungan di Musyawarah Komisariat Daerah (Muskomda) 2 Agustus 2009 pukul 15.55 WIB, terpilihlah Dewa Made RS (36), mantan Sekretaris Jendral PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) Surabaya 1999-2000 dan mantan aktivis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di Jawa Timur sebagai Ketua Komisariat Daerah (Komda) Pemuda Katolik Jawa Timur.
Terpilihnya pengurus baru, muncul pula optimisme baru. Untuk menunjang kinerja ke depan, penulis menawarkan pokok-pokok pikiran sederhana bagi kemajuan organisasi kader ini. Menghadapi tata dunia yang selau berubah, Pemuda Katolik hendaknya juga menyesuaikan dengan perubahan-perubahan zaman. Ke depan, diperlukan sejumlah komitmen dan konsistensi untuk melakukan langkah-langkah pembenahan organisasi dalam meraih tujuan dan sasarannya. Maka dari itu beberapa langkah organisasional Komisariat Daerah Pemuda Katolik Jawa Timur perlu memperhatikan situasi di bawah ini:

Pengembangan Organisasi
Pemuda Katolik adalah organisasi kemasyarakatan (ormas), kader dan pemuda yang berfungsi pembinaan dan perjuangan yang diakui keberadaannya oleh gereja dan negara. Untuk itu perlu dihadirkan dan dihidupkan di setiap kabupaten dan kota di Jawa Timur secara konkret dan nyata. Hal ini demi mencetak kader dan menghadirkan peran yang baik dan bermanfaat di masyarakat.
Dalam rangka kehadirannya itu, Pemuda Katolik hendaknya bercermin dari semangat Konsili Vatikan II, di mana Pemuda Katolik merupakan bagian dari ”gereja yang hidup” perlu bersemangat (1) Persekutuan inti pokok hidup menggereja, (2) Misioner (3) Memasyarakat (4) Gereja dalam misteri trinitas dan (5) Gereja menjadi tanda (sakramen) keselamatan.
Hendaknya semangat kerasulan warga Katolik dibina secara baik dan mandiri melalui organisasi-organisasi warga Katolik. Perlu disadarkan, kita warga gereja tentang perlunya organisasi kader Katolik, kalau pimpinan gereja memiliki seminari, maka warga Katolik juga perlu menghidupi ladang kader yaitu organisasi kader termasuk di antaranya yang formal yakni Pemuda Katolik dan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia).
Diharapkan muncul kesadaran/semangat regenerasi dan kaderisasi secara periodik yang mengembangkan sikap jiwa besar, tahu diri/mawas diri dan legowo. Hal ini untuk menghindari pengangkangan satu organisasi Katolik oleh person tertentu selama puluhan tahun yang pada akhirnya memacetkan arus kaderisasi dan peran di masyarakat.
Perlu ditekankan Pemuda Katolik bukanlah organisasi politik. Melainkan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang pada intinya hidup dan karyanya demi kemaslahatan organisasi dan masyarakat. Namun demikian, dalam menjalankan tujuan dan sasaran organisasi tidak luput dari persoalan politik kenegaraan. Maka perlu ditekankan kepada segenap kader supaya tidak alergi politik, sebab sejatinya politik itu mulia, yang menyimpan makna perdamaian, kesejahteraan, kerukunan dan lain-lain.
Pada hematnya, organisasi apapun tidak terlepas konflik, maka sebaiknya para pengurus dan anggota perlu sekali meminimalkan konflik organisasi, artinya mengelola konflik menjadi semakin produktif, tidak malah melemahkan organisasi. Ini butuh kader yang berjiwa besar.

Peran Organisasi
Kehadiran Pemuda Katolik hendaknya membawa pengaruh internal yang penting (signifikan) bagi pribadi yang bergabung dalam organisasi dan sesama umat Katolik. Demikian juga secara eksternal membawa pengaruh yang relevan bagi kemajuan lingkungan dan masyarakat sekitar.
Hal di atas diformulasikan dalam bentuk : Pemuda Katolik perlu mempunyai dan mempraktikkan program pembinaan yang berkelanjutan agar: (1) menciptakan regenerasi kepemimpinan secara kontinu dan periodik dengan baik, melalui beragam pelatihan organisasi, kepemimpinan dan kursus – kursus lain yang dirasa berdampak baik dan positif bagi anggotanya. (2) menghasilkan kader bangsa dan gereja di masa mendatang. (3) melatih kader Pemuda Katolik yang berjiwa besar, tahu diri/mawas diri, legowo menghadapi perubahan-perubahan.
Di samping itu, Pemuda Katolik perlu merancang program yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar yang konkret, aktual dan sesuai keadaan lokal daerah (kontekstual) di mana Pemuda Katolik berada. Program bisa bersifat sosial, jender, kesehatan, hukum, kesehatan, ekonomi, lingkungan hidup, politik-moral dan lain-lain, dengan disesuaikan keadaan organisasi, sumber daya manusia, sumber dana dan lain – lain.


Relasi Organisasi
Secara organisasional, Pemuda Katolik perlu menjalin komunikasi, kerjasama dan relasi dengan pemangku kepentingan di luar gereja baik pemerintahan, agama, swasta/bisnis, lembaga swadaya masyarakat, organisasi pemuda lainnya, seperti GP Ansor, Pemuda Muhamadiyah, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Darma Indonesia), LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) dan lain – lain, juga berkomunikasi dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan semua pihak – pihak yang mempunyai kemauan baik dan benar. Hal di atas demi terciptanya suasana masyarakat yang guyub, rukun dan damai.
Secara periodik, hendaknya Pemuda Katolik menempatkan kadernya dalam kepengurusan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di setiap daerah baik kabupaten/kota dan propinsi. Hal ini dimaksudkan demi menyokong peran dan gerak langkah Pemuda Katolik bagian dari warga negara yang aktif dan partisipatif dalam upaya perubahan dan pembangunan.
Organisasi Pemuda Katolik menyadari bahwa basis massanya berada dalam wilayah teritorial gereja Katolik baik paroki, wilayah/stasi, lingkungan. Di mana dalam wilayah itu juga eksis mudika (Muda-Mudi Katolik) atau orang muda Katolik (OMK). Maka untuk mensinergikan kekuatan dan meminimalkan konflik di antara kedua organ ini, maka Pemuda Katolik di kabupaten-kota Jawa Timur, untuk senantiasa selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan baik dengan para pemangku kepentingan gerejani, baik Mudika, Dewan Pastoral Paroki (DPP), pastor paroki, pastor vikep, komisi kepemudaan, PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), Pelayanan Pastoral Mahasiswa (PPM), KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) dan lain-lain. Sehingga terjalin komunikasi, koordinasi dan kerjasama yang baik di antara para pemangku kepentingan gerejani dan Pemuda Katolik.
Untuk meminimalkan konflik dengan organisasi Katolik (Mudika/OMK) yang eksis di paroki atau wilayah teritorial gerejani Katolik, hendaknya Pemuda Katolik merekrut kawan – kawan muda Katolik yang dirasa sudah purna tugas/aktif dari Mudika. Namun tidak menampik menerima anggota dari OMK/Mudika yang rela, tulus, tanpa paksaan mengikuti Pemuda Katolik. Dengan kata lain, Pemuda Katolik menjadi ruang/wadah ekspresi dan aktualisasi para aktivis pasca Mudika.
Sebagai organisasi independen, sejatinya Pemuda Katolik hendaknya menjauhi sikap intervensi, arogan, sok pamer dan lain-lain kepada organisasi Katolik (Mudika dan organisasi sejenisnya), supaya tidak terjadi syak wasangka yang negatif dan pertarungan internal yang tidak produktif. Sangat diharapkan ada jalinan komunikasi, relasi dan kerjasama yang baik.
Secara organisatoris Pemuda Katolik adalah organisasi independen, maka konsekuensinya tidak memiliki garis afiliasi ke lembaga publik atau partai politik manapun. Namun demikian, tidak menutup kemungkinanan para anggota / pengurus Pemuda Katolik juga mengikuti lembaga publik / partai politik namun bukan mewakili organisasi, melainkan bergerak atas nama pribadi. Ini demi menjaga konflik kepentingan dalam organisasi, juga bermaksud memberikan ruang ekspresi kepada kader Pemuda Katolik untuk terlibat lebih luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana diatur dalam anggaran dasar dan rumah tangga Pemuda Katolik.


Sumber Finansial
Dalam rangka menghidupi Pemuda Katolik, hendaknya organisasi tetap mengandalkan swadaya anggota. Maka diharapkan iuran anggota yang rutin. Kalau dirasa mampu, Pemuda Katolik sekiranya mempunyai usaha, baik koperasi atau usaha lain yang membantu anggota sendiri dan menguntungkan organisasi di mana dana tersebut dikelola secara mandiri dan transparan setidaknya menjadi dana abadi bagi pengembangan organisasi ke depan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan menerima bantuan dari berbagai pihak seperti hierarki gereja, pemerintahan, lembaga swasta dan pihak lain demi pengembangan organisasi yang bisa dipertangungjawabkan dengan baik dan benar.

Kanisius Karyadi, Penggagas Muskomda Pemuda Katolik Jatim 2 Agustus 2009

Tidak ada komentar: