Rabu, 02 Juli 2008

Argometer

TARIF taksi sudah mulai dinaikkan per 20 November 2001. Tarif pertama naik Rp 2.500 menjadi Rp 2.800, tarif per kilometer dari Rp 1.200 menjadi Rp 1.400 (Kompas, 21/11). Kenaikan ini lebih cepat dari jadwal yang direncanakan 1 Januari 2002.

Berbicara tentang tarif taksi, maka yang menjadi penting adalah "argometer". Karena argometer inilah alat pencatat tarif yang biasa digunakan untuk menghitung nilai total tarif yang dibebankan kepada penumpang taksi, dan alat hitung penghasilan total pengemudi.

Sebagaimana layaknya sebuah alat, maka argometer bisa direkayasa sesuai keinginan penggunanya. Ada banyak oknum pengemudi memanfaatkan kelemahan argometer. Dengan berbagai metode mencari peluang mendapatkan nilai plus dari argometer itu. Minimal ada lima metode untuk mempermainkan argometer.

Pertama, metode gitar. Yaitu memetik (menyentuhkan) kabel pulsa putih tranducer ke bodi mobil. Tranducer adalah alat pengubah putaran spedometer menjadi pulsa argometer. Jadi ada kabel selundupan yang ditarik dari bawah, sehingga memudahkan penggunanya memetik kabel itu pada bodi (ground) mobil. Dengan begitu argometer berjalan cepat.

Kedua, metode tukar saklar. Di dalam argometer umumnya ada saklar-saklar yang fungsinya untuk setting kecepatan untuk mengubah tarif. Umumnya penggunanya mengotak-atik saklar-saklar ini untuk mempercepat laju argometernya. Biasa disebut argo-kuda.

Ketiga, metode zero. Artinya menghapus data argometer dan data akhir menjadi nol. Ini biasa dilakukan dengan cara mencopot kabel-kabel accumulator mobil. Dengan harapan argometer tidak ada catu daya, kemudian data menjadi kacau. Bisa juga menghubung-pendekkan kabel lampu kap taksi. Atau menggunakan cara memindah fasilitas saklar zero dalam argometer. Data menjadi nol, dan dengan demikian setoran bisa semau gue.

Keempat, metode gulung argometer. Metode ini adalah dengan melepas transducer argometer, yang letaknya berhubungan dengan kabel spedometer mesin. Kemudian diputar dengan dinamo rakitan. Dengan cara ini nilai argometer bisa sesuai keinginan penggunanya.

Kelima, metode argometer borongan. Yaitu menaikkan penumpang tanpa memasang argometer resmi. Ongkosnya didasarkan pada tawar-menawar. Sehingga keuntungan tidak terdeteksi argometer, dan penghasilan bisa masuk kantung pribadi.

Metode-metode itu menjadi rahasia umum bagi kalangan pengemudi taksi. Pihak yang dirugikan adalah konsumen pengguna taksi. Utamanya dengan metode gitar, tukar saklar, dan borongan. Sudah saatnya perlindungan hak konsumen di wilayah Surabaya atau Jawa Timur harus mulai diperhatikan.

Kalau di telusuri, perusahaan pengelola pun turut dibohongi. Utamanya dengan metode zero dan gulung. Nah, dengan kenaikan tarif belum tentu juga pelayanan menjadi lebih baik. Mungkin lebih buruk dengan budaya mencuri itu. Lalu, kapan memulai menjadi masyarakat yang jujur?
(K Karyadi, mantan teknisi Argometer Zebra Taksi, Surabaya)
Kompas Jatim. 11 Desember 2001

3 komentar:

Unknown mengatakan...

minta no hpnya kawan ada sangat perlu untuk di ketahui dan saya berani kirim pulsa..

Unknown mengatakan...

minta no hp dulu ada sangat perlu di tau soal ini dan kami berani kirim pulsa..trims

Unknown mengatakan...

085299507979