Rabu, 02 Juli 2008

Profesor Puruhito

Oleh Kanisius Karyadi

’’Unair harus menjadi center of excellence, unggul akademis, unggul riset, dan unggul kompetitif.” Demikian cuplikan pidato Prof Dr dr Puruhito dalam acara pelantikan dirinya sebagai Rektor Universitas Airlangga (Unair) tahun 2001-2005 (Kompas, 17/11). Pidato ini memberikan kesan optimistis, ’’magis semper” yang luar biasa dari Prof Puruhito.

Sebelumnya proses pengakuan itu banyak rintangan. Setelah melalui jalan rumit dan berliku, akhirnya proses demokrasi yang terjadi pada pemilihan Rektor Unair kelar juga. Dengan legitimasi secara de facto dan de jure, maka Puruhito adalah rektor yang sah. Yang ditunggu-tunggu sivitas akademika Unair.

Acara itu menandakan proses demokrasi di Kampus Unair sedikit terbuka, walaupun ada kritik tajam seputar pemilihan rektor yang hanya dilakukan guru besarnya saja. Meski demikian, minimal Unair sudah mulai belajar sedikit jujur kepada publik (masyarakat).

Proses ini menjadi cambuk bagi demokrasi internalnya, sehingga sedikit mengurangi hipokrisi bagi cendekiawan dan lembaga Unair yang sering bersuara lantang, tetapi internalnya sami mawon dengan kondisi eksternal yang dikritisinya.

Prof Puruhito dengan segudang prestasinya, tentu diharapkan membawa angin perubahan yang berarti dalam internal Unair. Namun, yang tak kalah penting adalah perhatian Puruhito pada masalah lingkungtan sekitar Unair, yang tak disinggung sama sekali.

Ini menyangkut perhatian institusi pendidikan tinggi terhadap wilayah lokalnya, katakanlah Surabaya, atau mungkin wilayah Jawa Timur, yang membutuhkan tenaga cendekiawan yang mampu menjawab permasalahan daerah. Karena, dari pengamatan lapangan, sudah sangat sulit mencari lulusan perguruan tinggi kita yang bekerja membangun daerahnya.

Bagong Suyanto, sosiolog Unair, pernah mengutarakan itu dalam diskusi interaktif di TVRI Surabaya, Sumpah Pemuda 2001. ’’Lulusan-lulusan perguruan tinggi seperti Unair atau ITS, ramai-ramai mengejar dan bekerja pada perusahaan multinasional, ketimbang kembali ke daerah asalnya untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing.

Ideologi itu umumnya meracuni perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Nah, ini tugas berat Prof Puruhito beserta institusi Unair dalam mengemban amanat tersebut. Memang tidak akan semudah membalikkan tangan. Tetapi dengan segudang pengalaman, profesi, dan prestasi, Puruhito diyakini mampu menjawab tantangan zaman.

Katakanlah mampu menyeimbangkan produk lulusan Unair, antara cendekiawan masyarakat dan sarjana industri, itu akan menjadi prestasi luar biasa Unair. Dan tak kalah penting adalah perhatian Unair bagi proses perkembangan masyarakat yang berkeadilan dan beradab.

Akhirnya, selamat menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai Rektor Unair periode 2001-2005. Tantangan demokrasi internal, otonomi kampus, pengembangan keilmuan yang mumpuni, dan pengembangan masyarakat, ada di pundak rektor beserta institusinya. Go ahead Prof.

Kompas Edisi Jawa Timur, 21 November 2001

Tidak ada komentar: